KontaraNews konkep-Sejarah selalu lahir dari detik-detik yang hening. Delapan puluh tahun lalu, sebuah suara pecah dari rumah kecil di Pegangsaan Timur ‘’ Proklamasi! ‘’ suara itu bukan sekedar kata, melainkan nyawa yang membangunkan bangsa dari tidur panjang penjajahan.
Kini, 17 agustus 2025, gema itu kembali hidup di sebuah pulau kecil bernama wawonii. Di lapangan eks TPI Langara, langit tampak murung, awan menggantung seakan enggan beranjak. Namun di bawahnya, dada-dada manusia konkep bergetar oleh semangat yang tak bisa diredam hujan ataupun mendung
Bupati Rifqi Saifullah Razak,ST, Tegap berdiri sebagai inspektur upacara, Wakil Bupati Muhamad Farid, SE di sisinya, Sekda H.Cecep Trisnajayadi, para kepala OPD, DPRD, Camat, hingga prajurit TNI dan Polri. Di antara mereka, wajah-wajah muda pelajar yang kelak akan menjadi pewaris sejarah.
Suara lantang ketua DPRD, Ishak,SE , mengalun membacakan teks Proklamasi. Kata demi kata seakan keluar dari rongga waktu, menyelinap dari tahun 1945 menuju tahun 2025, lalu menancap kembali di hati pendengar.
Lalu, sejenak dunia seolah berhenti, Paskibraka melangkah , sepatu mereka mengetuk bumi wawonii layaknya dentuman genderang . Nirmala Ayra Trihapsari, gadis belia dari SMAN 1 Wawonii Barat, melangkah dengan baki di tangannya, di balik getar jemarinya, tersimpan keberanian yang lebih tinggi dari tiang bendera itu sendiri.
Bersama, Hajar Aswad membentang merah putih, dan Salman Ramadhan memimpin pasukan delapan. mereka muda, mereka sederhana, tetapi di pundak mereka hari ini, berkibar simbol sebuah bangsa. Dan ketika bendera itu naik, angin laut membawa kibarannya, semua mata mendongak . tak ada kata, hanya sunyi yang penuh makna, dalam detik itu, kita seperti mendengar bisikan para pahlawan ‘’ jaga negeri ini ‘’
Di balik barisan itu, berdiri para prajurit. Lettu Inf Endang Hermana memimpin jalannya upacara, Lettu Inf Subardin menjaga setiap detail prosesi, di samping mereka, babinsa konkep, Serda Supriadi, Serda Mustakim,Tongku Parlindungan Hasibuan, dan Praka Chabib Chairudin Nugroho. nama – nama yang mungkin tak tertulis di buku sejarah nasional, tapi sesungguhnya mereka adalah penjaga detak republic di pelosok negeri.
Upacara itu berakhir, tetapi maknanya tidak pernah selesai. Di wajah para siswa, di langkah para prajurit, di pandangan mata para pemimpin, tersimpan satu janji yang serupa, kemerdekaan bukanlah akhir, ia adalah permulaan yang mesti terus di jaga.
Di bawah langit langara yang mendung, merah putih berkibar gagah. Dan di dada setiap manusia konkep, tersimpan doa yang sama , semoga anak cucu kelak masih bisa menatap bendera itu dengan jiwa yang merdeka. (gz)